
Give no shit, take no bullshit and live your life [2016:EO]
Namun beberapa hari yang lalu, kami dikejutkan dengan sebuah berita. Seorang kawan dikabarkan menghilang, menghilang seperti Wiji Thukul atau Petrus Bima Anugrah. Entah, dia akan berakhir seperti Andi Arif atau Mas Nezar Patria kembali dengan selamat atau justru seperti Wiji Thukul yang sampai hari ini masih hilang atau malah seperti Gilang yang ditemukan tewas dengan luka tembak. Entahlah! Kami tidak tahu. Berbagai spekulasi dan teori bermunculan mengingat dia ‘hanya’ seorang akademisi. Kenapa dia? Pesan apa yang ingin disampaikan pelaku? Dan siapa pelaku? Sesaat, saya teringat dengan film Daniel Pearl dan menjadi ketakutan setengah mati. Jika pelakunya sama seperti kasus Pearl, bagaimana kalau kemudian kami? Apalagi mengingat sudah lama tak ada kejadian mengerikan di sini. Akh, tidak mungkin sepertinya. Begitu pikir saya. Saya pun iseng untuk melihat halaman Facebooknya, sesekali akun tersebut nampak online pada dua hari pertama sejak dia diberitakan hilang. Bagi saya, hal tersebut mengkonfirmasi siapa kira-kira pelakunya. Dari sana, saya merasa sedikit lega, kiranya kami aman. Tapi tetap saja, saya merasa sedikit kurang nyaman. Bagaimana tidak? Ini bukan pertama kali, kawan kami menghilang tiba-tiba.
Yang pertama hilang tahun lalu dan hingga hari ini tak ada kabar berita tentang dirinya. Yang kedua, entahlah. Jujur saja, saya sangat sedih karena dia cukup dekat dengan kami. Dia kerap datang untuk makan malam dengan hidangan ayam betutu dan juga urap, saya pun sering menyuguhinya risoles dan dadar gulung jika dia datang pagi atau sore untuk sekedar berbincang. Selain itu, kami sama-sama penggemar Eminem. Terakhir dia datang, dia memakai topi dengan logo E yang dia beli dari konser Eminem di Australia beberapa tahun lalu dan menunjukkan pada saya. Dia pun memberi saya dua buah clutch untuk hadiah ulang tahun. “Akh kawan, semoga kau baik-baik saja. Jika kau kembali, pergilah sejauh mungkin. Saya yakin kawan-kawanmu akan membantumu memulai kehidupan yang baru. Itupun kalau kau mau.”
Sebenarnya kasus penghilangan paksa bukan merupakan hal yang baru di Bangladesh. Di tahun 2016, 90 orang telah dinyatakan hilang; sedangkan dalam lima bulan pertama di tahun 2017, 48 orang telah dinyatakan menghilang secara tiba-tiba. Menurut laporan sejumlah media, ada kemungkinan mereka disiksa selama dalam tahanan. Ini sungguh mengerikan.
Hallo,
Apakah anda sekarang menetap di Bangladesh? Cerita menarik. Artinya anda paham situasi negara itu bukan karena sudut pandang sedang traveling ‘kan? Anda adalah expat di situ, atau bagaimana?
Salam,
Anna
Hallo Anna, salam kenal. Betul, saya adalah expat yang sudah menetap di Dhaka dalam 2 tahun terakhir ini. Kurang lebih saya memahami bagaimana situasi dan politik negara ini. Hal yang terjadi di sini mungkin mengingatkan kita pada jaman orde baru di Indonesia