Jujur saja, saya bukan pecinta anak kecil. Biasanya saya cenderung cuek kalau ada anak kecil di sekeliling saya, mau anak temen atau bahkan saudara, saya cenderung tidak tertarik untuk berinteraksi dengan mereka.
Apalagi yang aleman atau suka cari perhatian. Kalau terpaksa harus berinteraksi, saya pasti kaku dan ingin cepat-cepat menghindar. Buang-buang waktu pikir saya. Tetapi beberapa bulan yang lalu saya bertemu dengan anak kawan saya.
Usianya 8 tahun, keturunan Yahudi. Dia sangat, sangat, sangat cerdas dan pintar. Dia lebih tahu nama jalan dan juga jalur streetcar plus subway di Toronto ketimbang orang tuanya. Dia juga hapal nama negara dan ibu kota nya di seluruh dunia. Bukan cuma itu saja, dia tahu ongoing war/ konflik di negara tersebut. Intinya, dia tahu lebih banyak ketimbang saya yang orang dewasa. Belum lagi dia bisa bernarasi dengan cara yang apik tentang pengetahuannya tersebut.
Saya tanya pada orang tuanya, kok bisa printer banget sih? Ternyata di dapur di mana mereka makan, si orang tua memasang sebuah atlas karena memang orang tuanya suka traveling. Dari kecil, kedua anaknya selalu bertanya tentang negara-negara di dalam peta tersebut dan bertanya ada apa di sana sehingga mau enggak mau orang tua pun harus belajar lagi.
Saya takjub sekali dengan cara kawan saya mendidik anak mereka, mereka dibekali ilmu pengetahuan sejak kecil dengan berbagai cara sederhana termasuk memasang atlas di dapur, membelikan ensiklopedia dan juga jalan-jalan ke museum.
gak cuman dikasih iPad dan disuruh main games supaya diem ya :))